Islam adalah salah satu agama yang diakui keberadaaannya di Indonesia.
Jumlah penganut agama Islam di Indonesia sangat banyak dibandingan
penganut agama non Islam. Islam adalah agama yang benar disisi Allah dan
hamba-hambanya, sehingga Allah menurunkan Al-Qur’an untuk menjadi
pedoman hidup bagi manusia(muslim) khusus untuk umat Nabi Muhammad Saw.
Didalam Al-Qur’an ada ayat yang menerangkan bahwa salah satu tujuan
diturunkannya Al-Qur’an adalah sebagai obat dan rohmat bagi orang –
orang mukmin. Misalnya dengan ilmu8 kesehatan, ilmu ini zaman nabi pun
ada tapi belum semaju sekarang karena adanya pengaruh globalisasi. Tokoh
Islam yang terkenal di dunia kesehatan salah satunya yaitu Ibnu Sina.
Islam
sangat menyarankan untuk selalu menjaga kesehatan karena dengan jiwa
yang sehat akan mempermudah sekali kita untuk beribadah kepada Allah
karena tujuan kita diciptakan adalah untuk beribadah kapada-Nya.
B. Tujuan
Kita
sebagai umat Islam terkadang tidak menegetahui apa fungsi Islam dalam
bidang kesehatan, kita hanya berfikir Islam adalah agama. Sebenarnya
banyak sekali yang kita belum ketahui tentang Islam. Islam merupakan
salah satu agama yang membahas seluruh aspek kehidupan misalnya dalam
hal penyakit.
Maka dari itu penulis dalam makalah ini mengambil
judul “PROFESI PERAWAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM” dengan tujuan untuk
menambah wawasan kita (muslim) dalam memahami Islam tentang manfaatnya
dalam dunia kesehatan.
C. Rumusan Masalah
Dalam pembuatan
makalah ini penulis menggunakan metode kajian pusataka yang artinya
mencari dari buku – buku yang ada kaitannya dengan pembahasan mengenai
Profesi Perawat Dalam Perspektif Islam, sebagai referensi lainya juga
diperoleh dari Al-Qur’an, Kitab-kitab karangan para ulama dan situs web
di internet yang membahas mengenai hal tersebut disertai dengan
pemikiran penulis sendiri.
D. Sistematika Penulisan
a. Cover
b. Halaman Judul
c. Kata Pengantar
d. Daftar Isi
e. Pendahuluan
f. Pembahasan
g. Penutup
h. Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perawat Sebagai Profesi
Islam
menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan
keperawatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan.
Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan
melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu menekankan agar
setiap orang memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi
Islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu penentu
sehat tidaknya seseorang.
"Wahai sekalian manusia, makanlah
makanan yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi. Wahai
orang-orang yang beriman, makanlah dari apa yang baik-baik yang Kami
rezekikan kepadamu" (QS al-Baqarah: l68, l72).
Makanan yang baik
dalam Islam, bukan saja saja makanan yang halal, tetapi juga makanan
yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik zatnya, kualitasnya maupun
ukuran atau takarannya. Makanan yang halal bahkan sangat enak sekalipun
belum tentu baik bagi kesehatan.
Sebagian besar penyakit berasal
dari isi lambung, yaitu perut, sehingga apa saja isi perut kita sangat
berpengaruh terhadap kesehatan. Karena itu salah satu resep sehat Nabi
Muhammad SAW adalah memelihara makanan dan ketika makan, porsinya harus
proporsional, yakni masing-masing sepertiga untuk makanan, air dan udara
(HR. Turmudzi dan al-Hakim)..
Anjuran Islam untuk hidup bersih
juga menunjukkan obsesi Islam untuk mewujudkan kesehatan masyarakat,
sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan dipandang sebagai
bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat melarang pola hidup
yang mengabaikan kebersihan, seperti buang kotoran dan sampah
sembarangan, membuang sampah dan limbah di sungai/sumur yang airnya
tidak mengalir dan sejenisnya. Islam sangat menekankan kesucian
(al-thaharah), yaitu kebersihan atau kesucian lahir dan batin. Dengan
hidup bersih, maka kesehatan akan semakin terjaga, sebab selain
bersumber dari perut sendiri, penyakit seringkali berasal dari
lingkungan yang kotor.
Islam juga sangat menganjurkan
kehati-hatian dalam bepergian dan menjalankan pekerjaan, dengan selalu
mengucapkan basmalah dan berdoa. Agama sangat melarang perilaku nekad
dan ugal-ugalan, seperti bekerja tanpa alat pengaman atau ngebut di
jalan raya yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” (al-Baqarah:: l95).
Hal
ini karena sumber penyakit dan kesakitan, tidak jarang juga berasal
dari pekerjaan dan risiko perjalanan. Sekarang ini kecelakaan kerja
masih besar disebabkan kurangnya pengamanan dan perlindungan kerja. Lalu
lintas jalan raya; darat, laut dan udara juga seringkali diwarnai
kecelakaan, sehingga kesakitan dan kematian karena kecelakaan lalu
lintas ini tergolong besar setelah wabah penyakit dan peperangan.
Jadi
walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa, risiko
kesakitan masih besar, disebabkan faktor eksternal yang di luar
kemampuannya menghindari. Termasuk di sini karena faktor alam berupa
rusaknya ekosistem, polusi di darat, laut dan udara dan pengaruh global
yang semakin menurunkan derajat kesehatan penduduk dunia. Karena itu
Islam memberi peringatan antisipatif: jagalah sehatmu sebelum sakitmu,
dan jangan abaikan kesehatan, karena kesehatan itu tergolong paling
banyak diabaikan orang. Orang baru sadar arti sehat setelah ia merasakan
sakit.
B. Adanya Perawat
Mengingat kompleksnya faktor
pemicu penyakit dan kesakitan, maka profesi keperawatan tidak bisa
dihindari. Kapan dan di mana pun, keperawatan sangat dibutuhkan, baik
yang dilakukan secara sederhana dan tradisional sampai pada yang semi
modern dan supermodern.
Keperawatan secara umum dapat dibagi dua,
yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan medis. Di dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pelayanan kesehatan diartikan sebagai pelayanan yang
diterima seseorang dalam hubungannya dengan pencegahan, diagnosis dan
pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu (KBBI, l990: 504).
Menurut Benjamin Lumenta (l989: l5)
* Pelayanan kesehatan ialah kegiatan yang sama, yang dilakukan oleh
pranata sosial atau pranata politik terhadap keseluruhan masyarakat
sebagai tujuannya. Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan makrososial
yang berlaku antara pranata atau lembaga dengan suatu populasi,
masyarakat atau komunitas tertentu.
* Sedangkan pelayanan
medis ialah suatu upaya dan kegiatan pencegahan dan pengobatan penyakit,
semua upaya dan kegiatan peningkatan dan pemulihan kesehatan yang
dilaksanakan atas dasar hubungan individual antara para ahli pelayanana
medis dengan individu yang membutuhkannya.
Pelayanan medis ini
merupakan kegiatan mikrososial yang berlaku antara orang perorangan
(Lumenta, l989: l5). Al Purwa Hadiwardoyo (l989: l6) menambahkan,
pelayanan medis mengandung semangat pelayanan dan usaha maksimal dengan
mengutamakan kepentingan pasien dan mengandung nilai ethos yang tidak
egoistis dan materialistis.
Dengan demikian, pelayanan kesehatan
lebih bersifat hubungan antarlembaga atau institusi kesehatan dengan
kelompok masyarakat yang lebih bersifat massal, sedangkan pelayanan
medis lebih bersifat hubungan individual antara pemberi layanan medis,
dalam hal ini dokter, paramedis dan perawat dengan pengguna, pasien atau
orang yang membutuhkan pelayanan medis, dengan lebih menekankankan
kepada ethos kerja profesional dan tidak materialistis.
Dalam
tulisan ini, perbedaan istilah di atas tidak terlalu dipersoalkan,
karena muaranya juga sama, yakni mencegah penyakit dan peningkatan
derajat kesehatan. Lumenta mengatakan, pelayanan kesehatan dan pelayanan
medis mempunyai tujuan yang sama, yakni memenuhi kebutuhan individu
atau masyarakat untuk mengatasi, menetralisasi atau menormalisasi semua
masalah atau semua penyimpangan terhadap keadaan kesehatan, atau semua
masalah dan penyimpangan terhadap keadaan medis normatif. Karena itu
pranata sosial atau politik, seperti ormas kepemudaan, keagamaan dan
partai politik, memang bisa saja memberikan pelayanan kesehatan,
misalnya untuk meningkatkan pengabdian pada masyarakat, bakti sosial dan
sejenisnya, tetapi tetap harus bekerjasama dengan institusi dan pemberi
layanan medis yang profesional. Sebab tanpa melibatkan para profesional
di bidang kesehatan dan medis, pelayanan yang diberikan tidak akan
berhasil, bahkan akan kontraproduktif.
Di tengah tingginya
tuntutan kepada profesionalisme kerja sekarang serta daya kritis
masyarakat yang juga meningkat, setiap pekerjaan harus dijalankan secara
profesional. Terlebih pekerja di bidang kesehatan dan medis, sebab
pekerjaan ini sangat berisiko dan berkaitan dengan hidup matinya
manusia, yang dalam sumpah dunia kedokteran, harus dilindungi dan
diselamatkan sejak calon manusia itu masih berada di dalam perut ibunya.
C. Mulianya Profesi Perawat
Menurut
mantan Rektor Universitas Al-Azhar, Syeikh Mahmoud Syaltout (l973:
l24), banyak sekali petunjuk Nabi Muhammad SAW yang jelas sekali
menuntut perlunya profesi keperawatan. Perintah untuk berobat,
peringatan terhadap penyakit menular, perintah mengasingkan diri
terhadap penyakit menular, penjenisan makanan-makanan sehat untuk tubuh,
dll, menunjukkan bahwa baik secara tersurat maupun tersirat Islam
sangat menuntut hadirnya para perawat di tengah masyarakat manusia.
Sebab orang yang memiliki kompetensi di bidang pengobatan dan perawatan
kesehatan tidak lain adalah institusi beserta individu perawat yang
mengabdi di dalamnya.
Islam tidak membedakan apakah ia dokter,
paramedis atau perawat, sepanjang ia mengabdi di bidang pengobatan dan
perawatan penyakit, maka ia merupakan orang mulia. Bahkan dalam banyak
kitab fikh dan hadits, selalu ada bab khusus yang membahas tentang
penyakit dan pengobatan (kitab al-maridh wa al-thib). Di dalam Islamic
Code of Medical Ethics diterangkan bahwa pengobatan dan keperawatan
merupakan profesi mulia. Allah menghormatinya melalui mukjizat Nabi Isa
bin Maryam dan Nabi Ibrahim yang pandai mengobati penyakit dan selalu
menyebut nama Allah sebagai penyembuh penyakitnya. Sama halnya dengan
semua aspek ilmu pengetahuan, ilmu kedokteran dan keperawatan adalah
sebagian dari ilmu Allah, karena Allah-lah yang mengajarkan kepada
manausia apa yang tidak diketahuinya.
Allah berfirman:
Iqra
wa rabbukal akram, alladzi allama bil qalam, allamal insana ma lam
ya’lam (Bacalah dan Tuhanmulah yang paling mulia, yang mengajar manusia
dengan perantaraan qalam (baca tulis), dan Dia mengajarkan kepada
manusia segala apa yang tidak diketahuinya. (QS al-Alaq: 3-5).
Melalui
ayat ini Allah menyuruh mempelajari alam semesta beserta segenap
organisme dan anorganisme yang ada di dalamnya dengan nama dan kemuliaan
Tuhan, melalui baca tulis, eksperimen, penelitian, diagnonis, dsb. Ini
terbukti dengan semakin banyaknya studi di bidang kedokteran dan
kesehatan, semakin terungkap tanda-tanda kekuasaan Allah terhadap
makhluk-makhluk-Nya.
Berkaitan dengan ini pengadaan praktik
kedokteran dan perawatan adalah perintah agama kepada masyarakat, yang
disebut fardlu kifayah, yang diwakili oleh beberapa institusi untuk
melayani kebutuhan kesehatan dan pengobatan masyarakat dan dapat
dinikmati oleh setiap orang tanpa kecuali, tanpa melihat kepada
perbedaan ras, agama dan status sosialnya. Kewajiban ini merupakan tugas
negara untuk menjamin kebutuhan bangsa akan para dokter dan perawat
dalam berbagai bidang spesialisiasi. Dalam Islam hal ini merupakan
kewajiban negara terhadap warganegaranya.
Kesehatan harus menjadi
tujuan, dan keperawatan kedokteran sebagai cara, pasien adalah tuan,
dokter dan perawat sebagai pelayannya. Peraturan-peraturan,
jadwal-jadwal, waktu dan pelayanan harus dilaksanakan sedemikian rupa
untuk menentukan keadaan pasien dan ditempatkan paling atas dengan
kesejahteraan dan kesenangan yang pantas. Status istimewa harus
diberikan kepada pasien selama ia menjadi pasien, tidak membedakan siapa
dan apa dia. Seorang pasien berada pada tempat perlindungan karena
penyakitnya dan bukan karena kedudukan sosialnya, kekuasaan atau
hubungan pribadinya. Karena itulah dokter dan perawat mengemban tugas
mulia, yang dalam sumpah jabatannya mereka sudah bersumpah dengan nama
Tuhan, berjanji untuk mengingat Tuhan dalam profesinya, melindungi jiwa
manusia dalam semua tahap dan semua keadaan, melakukan semampu mungkin
untuk menyelamatkannya dari kematian, penyakit, rasa sakit dan
kecemasan.
Allah berjanji akan menolong setiap orang di akhirat
dan di hari pembalasan, siapa saja yang menolong saudaranya di dunia.
Walaupun kematian merupakan hak prerogatif Allah menentukannya, namun
manusia diberi kewenangan yang maksimal untuk mengatasi penyakitnya
dengan bantuan dokter dan perawat. Itu sebabnya terhadap penyakit yang
parah sekalipun, dokter dan perawat tetap melakukan usaha maksimal dan
memberi semangat hidup para pasien bersangkutan.
D. Sejarah Pofesi Keperawatan
Ajaran-ajaran
normatif agama tentang perawatan di atas, tidak hanya sebatas dasar
teoritis, melainkan sudah pula dipraktikkan dalam realitas kehidupan di
masa lalu. Di masa-masa awal perkembangan Islam dikenal sejumlah wanita
yang mengabdikan dirinya di bidang keperawatan, di antaranya Rufaidah,
ia berjasa mendirikan rumah sakit pertama di zaman Nabi Muhammad Saw
guna menampung dan merawat orang-orang sakit, baik karena penyakit
maupun terluka dalam peperangan Kalau di Eropa dikenal nama Jean Henry
Dunant, dokter Swiss yang melalui Konferensi Jenewa l864 diakui sebagai
Bapak Palang Merah Interasional, diikuti oleh Florence Nightingale
sebagai Ibu Perawat Dunia pertama, maka Rufaidah-lah yang dianggap
sebagai “Nightingale” dalam Islam.
Siti Rufaidah pada jaman Nabi
Muhammad S.A.W, yang selalu berusaha memberikan pelayanan terbaiknya
bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya kaya atau miskin
(Elly Nurahmah, 2001). Ada pula yang mengenal sebagai Rufaidah binti
Sa'ad/Rufaidah Al-Asalmiya dimana dalam beberapa catatan publikasi
menyebutkan Rufaidah Al-Asalmiya, yang memulai praktek keperawatan
dimasa Nabi Muhammad SAW adalah perawat pertama muslim (Kasule, 2003;
Mansour & Fikry, 1987). Sementara sejarah perawat di Eropa dan
Amerika mengenal Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan
modern, Negara di timur tengah memberikan status ini kepada Rufaidah,
seorang perawat muslim (Jan, 1996). Talenta perjuangan dan kepahlawanan
Rufaidah secara verbal diteruskan turun temurun dari generasi ke
generasi di perawat Islam khususnya di Arab Saudi dan diteruskan ke
generasi modern perawat di Saudi dan Timur Tengah (Miller Rosser, 2006)
Selama
ini pula perawat Indonesia khususnya lebih mengenal Florence
Nightingale sebagai tokoh keperawatan, yang mungkin saja lebih
dikarenakan konsep keperawatan modern yang mengadopsi litelature barat.
Florence Nightingale (Firenze, Italia, 12 Mei 1820 - 13 Agustus 1910)
adalah pelopor perawat modern. Ia dikenali dengan nama The Lady With The
Lamp dalam bahasa Inggris yang berarti "Sang Wanita dengan Lampu". Nama
depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam
bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris (Wikipedia)
Florence
dilahirkan dalam keluarga berada dan tumbuh sebagai wanita yang menawan
dan periang yang mempunyai masa depan yang cerah. Bagaimanapun
penderitaan yang dilihatnya semasa peperangan di semenanjung Krim di
Rusia tahun 1858, menyebabkan hati Florence Nightingale tersentuh
melihat penderitaan tentara yang luka dan dibiarkan saja dalam rumah
sakit yang kotor. 3) (Wikipedia). Florence Nightingale dikenal sebagai
perawat dan teoris pertama yang memiliki body of knowledge keperawatan.
Nigtingale menekankan fokus intervensi keperawatan adalah membuat
lingkungan yang kondusif bagi manusia untuk hidup sehat. Sebagian besar
dari pemikiran Nightingale masih relevan dengan pendidikan keperawatan
di Indonesia pada masa sekarang maupun yang akan datang (A.Yani, 2004)
Tulisan
ini bermaksud mengeksplorasi lebih jauh studi litelatur sejarah islam
dalam bidang keperawatan dan mengenalkan kita tentang tokoh perawat
islam. Tentu saja perkembangan keperawatan di masa Rufaidah binti Sa'ad
(thn 570 – 632 SM ), dengan perkembangan keperawatan era Florence
Nightingale, dan perkembangan keperawatan era tahun 2000 akan tetap
berbeda seiring dengan tuntutan pelayanan kesehatan. Kedua tokoh
keperawatan tersebut muncul di masa-masa peperangan, sedangkan saat ini
keperawatan bergerak maju dalam suasana damai, namun dengan kompleksitas
tuntutan asuhan keperawatan dan beragam penyakit infeksi dan penyakit
degeneratif (double burden disease).
* Mengenal Rufaidah binti Sa'ad (Ruafaidah Al-Asalmiya)
Prof.
Dr. Omar Hasan Kasule, Sr, 1998 dalam studi Paper Presented at the 3rd
International Nursing Conference "Empowerment and Health: An Agenda for
Nurses in the 21st Century" yang diselenggarakan di Brunei Darussalam
1-4 Nopember 1998, menggambarkan Rufaidah adalah perawat profesional
pertama dimasa sejarah islam. Beliau hidup di masa Nabi Muhammad SAW di
abad pertama Hijriah/abad ke-8 Sesudah Masehi, dan diilustrasikan
sebagai perawat teladan, baik dan bersifat empati. Rufaidah adalah
seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi orang
lain. Dan digambarkan pula memiliki pengalaman klinik yang dapat
ditularkan kepada perawat lain, yang dilatih dan bekerja dengannya. Dia
tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek klinikal semata,
namun juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial
yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Rufaidah
adalah public health nurse dan social worker, yang menjadi inspirasi
bagi profesi perawat di dunia Islam.
Rufaidah binti Sa'ad
memiliki nama lengkap Rufaidah binti Sa'ad Al Bani Aslam Al Khazraj,
yang tinggal di Madinah, dia lahir di Yathrib dan termasuk kaum Ansar
(golongan yang pertama kali menganut Islam di Madinah). Ayahnya seorang
dokter, dan dia mempelajari ilmu keperawatan saat bekerja membantu
ayahnya. Dan saat kota Madinah berkembang, Rufaidah mengabdikan diri
merawat kaum muslim yang sakit, dan membangun tenda di luar Masjid
Nabawi saat damai. Dan saat perang Badr, Uhud, Khandaq dan Perang
Khaibar dia menjadi sukarelawan dan merawat korban yang terluka akibat
perang. Dan mendirikan Rumah sakit lapangan sehingga terkenal saat
perang dan Nabi Muhammad SAW sendiri memerintahkan korban yang terluka
dirawat olehnya. Pernah digambarkan saat perang Ghazwat al Khandaq,
Sa'ad bin Ma'adh yang terluka dan tertancap panah di tangannya, dirawat
oleh Rufaidah hingga stabil/homeostatis (Omar Hassan, 1998).
Rufaidah
melatih pula beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat, dan dalam
perang Khaibar mereka meminta ijin Nabi Muhammad SAW, untuk ikut di
garis belakang pertempuran untuk merawat mereka yang terluka, dan Nabi
mengijinkannya. Tugas ini digambarkan mulia untuk Rufaidah, dan
merupakan pengakuan awal untuk pekerjaaannya di bidang keperawatan dan
medis.
Konstribusi Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang
terluka akibat perang. Namun juga terlibat dalam aktifitas sosial di
komuniti. Dia memberikan perhatian kepada setiap muslim, miskin, anak
yatim, atau penderita cacat mental. Dia merawat anak yatim dan
memberikan bekal pendidikan. Rufaidah digambarkan memiliki kepribadian
yang luhur dan empati sehingga memberikan pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada pasiennya dengan baik pula. Sentuhan sisi kemanusiaan
adalah hal yang penting bagi perawat, sehingga perkembangan sisi
tehnologi dan sisi kemanusiaan (human touch) mesti seimbang. 5).
Rufaidah juga digambarkan sebagai pemimpin dan pencetus Sekolah
Keperawatan pertama di dunia Isalam, meskipun lokasinya tidak dapat
dilaporkan (Jan, 1996), dia juga merupakan penyokong advokasi pencegahan
penyakit (preventif care) dan menyebarkan pentingnya penyuluhan
kesehatan (health education).
Sejarah islam juga mencatat
beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah seperti : Ummu Ammara,
Aminah, Ummu Ayman, Safiyat, Ummu Sulaiman, dan Hindun. Beberapa wanita
muslim yang terkenal sebagai perawat adalah : Ku'ayibat, Aminah binti
Abi Qays Al Ghifari, Ummu Atiyah Al Ansariyat dan Nusaibat binti Ka'ab
Al Maziniyat 6). Litelatur lain menyebutkan beberapa nama yang terkenal
menjadi perawat saat masa Nabi Muhammad SAW saat perang dan damai adalah
: Rufaidah binti Sa'ad Al Aslamiyyat, Aminah binti Qays al Ghifariyat,
Ummu Atiyah Al Anasaiyat, Nusaibat binti Ka'ab Al Amziniyat, Zainab dari
kaum Bani Awad yang ahli dalam penyakit dan bedah mata.
Ummu
Ammara juga dikenal juga sebagai Nusaibat binti Ka'ab bin Maziniyat, dia
adalah ibu dari Abdullah dan Habi, anak dari Bani Zayd bin Asim.
Nusaibat dibantu suami dan anaknya dalam bidang keperawatan. Dia
berpartisipasi dalam Perjanjian Aqabat dan perjanjian Ridhwan, dan andil
dalam perang Uhud dan perang melawan musailamah di Yamamah bersama anak
dan suaminya. Dia terluka 12 kali, tangannya terputus dan dia meninggal
denan luka2nya. Dia terlibat dalam perang Uhud, merawat korban yang
luka dan mensuplai air dan juga digambarkan berperang menggunakan pedang
membela Nabi.
* Masa Sejarah Perkembangan Islam dalam Keperawatan
Masa
sejarah perkembangan islam dalam keperawatan, tidak dapat dipisahkan
dalam konteks perkembangan keperawatan di Arab Saudi khususnya, dan
negara-negara di timur tengah umumnya. Berikut ini akan lebih dijelaskan
tentang sejarah perkembangan keperawatan di masa Islam dan di Arab
Saudi khususnya.
1. Masa penyebaran Islam/ The Islamic Period (570 – 632 M)
Dokumen
tentang keperawatan sebelum-islam (pre-islamic period) sebelum 570 M
sangat sedikit ditemukan. Perkembangan keperawatan di masa ini, sejalan
dengan perang kaum muslimin/jihad (holy wars), memberikan gambaran
tentang keperawatan dimasa ini. Sistem kedokteran masa lalu yang lebih
menjelaskan pengobatan dilakukan oleh dokter ke rumah pasien dengan
memberikan resep, lebih dominan. Hanya sedikit sekali lilature tentang
perawat, namun dalam periode ini dikenal seorang perawat yang bersama
Nabi Muhammad SAW telah melakukan peran keperawatan yaitu Rufaidah binti
Sa'ad/Rufaidah Al-Asamiya (Tumulty 2001, Al Osimy, 1994).
2. Masa Setelah Nabi/Post –Prophetic Era (632 – 1000 M).
Sejarah
tentang keperawatan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW jarang sekali
(Al Simy, 1994). Dokumen yang ada lebih didominasi oleh kedokteran
dimasa itu. Dr Al-Razi yang digambarkan sebagai seorang pendidik, dan
menjadi pedoman yang juga menyediakan pelayanan keperawatan. Dia menulis
dua karangan tentang "The Reason Why Some Persons and the Common People
Leave a Physician Even if He Is Clever" dan "A Clever Physician Does
Not Have the Power to Heal All Diseases, for That is Not Within the
Realm of Possibility." Di masa ini ada perawat diberi nama "Al Asiyah"
dari kata Aasa yang berarti mengobati luka, dengan tugas utama
memberikan makanan, memberikan obat, dan rehidrasi.
3. Masa Late to Middle Ages (1000 – 1500 M)
Dimasa
ini negara-negara Arab membangun RS dengan baik, dan mengenalkan
perawatan orang sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar dalam
peradaban Islam dan banyak dianut RS modern saat ini hingga sekarang,
yaitu pemisahan anatar ruang pasien laki-laki dan wanita, serta perawat
wanita merawat pasien wanita dan perawat laki-laki, hanya merawat pasien
laki-laki (Donahue, 1985, Al Osimy, 2004).
4. Masa Modern (1500 – sekarang) Early Leaders in Nursing’s Development
Masa
ini ditandai dengan banyaknya ekspatriat asing (perawat asing dari
Eropa, Amerika dan Australia, India, Philipina) yang masuk dan bekerja
di RS di negara-negara Timur Tengah. Bahkan dokumen tentang keperawatan
di Arab, sampai tahun 1950 jarang sekali, namun di tahun 1890 seorang
misionaris Amerika, dokter dan perawat dari Amerika telah masuk Bahrain
dan Riyadh untuk merawat Raja Saudi King Saud. (Amreding, 2003).
Dimasa
ini ada seorang perawat Timur Tengah bernama Lutfiyyah Al-Khateeb,
seorang perawat bidan Saudi pertama yang mendapatkan Diploma Keperawatan
di Kairo dan kembali ke negaranya, dan di tahun 1960 dia membangun
Institusi Keperawatan di Arab Saudi.
Meskipun keperawatan masih
baru sebagai profesi di Timur tengah, sebenarnya telah dibangun di masa
Nabi Muhammad SAW. Dimana mempengaruhi philosofi praktek, dan profesi
keperawatan. Dan sejak tahun 1950 dengan dikenalkannya organized health
care dan pembangunan RS di Arab Saudi, keperawatan menjadi lebih maju
dan bukan hanya sekedar pekerjaan (job training).
* Keperawatan, Islam, Masa Kini dan Mendatang
Dr.
H Afif Muhammad dalam seminar perawat rohani Islam di Akper Aisyiyah,
Bandung 31/8/2004 mengatakan, masalah sehat dan sakit adalah alami
sebagai ujian dari Allah SWT, hingga manusia tidak akan bisa terbebas
dari sakit. "Sehat kerap membuat orang lupa dan lalai baik dalam
melaksanakan perintah-perintah Allah maupun mensyukuri nikmat sehatnya.
Kita sering menyebut kondisi yang tidak menyenangkan seperti sakit
sebagai musibah yang terkesan negatif, padahal musibah berkonotasi
positif," jelasnya.
Tugas seorang perawat, menurut H. Afif,
menekankan pasien agar tidak berputus asa apalagi menyatakan kepada
pasiennya tidak memiliki harapan hidup lagi. "Pernyataan tidak memiliki
harapan hidup untuk seorang muslim tidak dapat dibenarkan. Meski secara
medis tidak lagi bisa menanganinya, tapi kalau Allah bisa saja
menyembuhkannya dengan mengabaikan hukum sebab akibat," katanya. Perawat
juga memandu pasiennya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT hingga
kondisinya semakin saleh yang bisa mendatangkan "manjurnya" doa.
Dr.
Ahmad Khan (lulusan suma cumlaude dari Duke University) yang menemukan
Ayat-ayat Al Quran dalam DNA (Deoxy Nucletida Acid) berpesan semoga
penerbitan buku saya "Alquran dan Genetik", semakin menyadarkan umat
Islam, bahwa Islam adalah jalan hidup yang lengkap. Kita tidak bisa lagi
memisahkan agama dari ilmu politik, pendidikan atau seni. Semoga muslim
menyadari bahwa tidak ada gunanya mempertentangkan ilmu dengan agama.
Demikian juga dengan ilmu-ilmu keperawatan penulis berharap akan datang
suatu generasi yang mendalami prinsip-prinsip ilmu keperawatan yang
digali dari agama Islam. Hal ini dapat dimulai dari niat baik para
pemegang kebijakan (decission maker) yang beragama Islam baik di
institusi pendidikan atau pada level pemerintah.
Di negara-negara
timur tengah, konteks keperawatan sendiri banyak dipengaruhi oleh
sejarah keperawatan dalam Islam, budaya dan kepercayaan di Arab,
keyakinan akan kesehatan dari sudut pandang islam (Islamic health
belief), dan nilai-nilai profesional yang diperoleh dari pendidikan
keperawatan. Tidak seperti pandangan keperawatan di negara barat,
keyakinan akan spiritual islam tercermin dalam budaya mereka.
Di
Indonesia mungkin hal serupa juga terjadi, tinggal bagaimana keperawatan
dan islam dapat berkembang sejalan dalam harmoni percepatan tuntutan
asuhan keperawatan, kompleksitas penyakit, perkembangan tehnologi
kesehatan dan informatika kesehatan. Agar tetap mengenang dan
menteladani sejarah perkembangan keperawatan yang di mulai oleh Rufaida
binti Sa'ad.
E. Pendekatan HolistiK Dalam Asuhan Keperawatan
Holistik
merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang
meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual.
Dimensi tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh, apabila satu
dimensi terganggu akan mempengaruhi dimensi lainnya. Holistik terkait
dengan kesejahteraan (Wellnes). Untuk mencapai kesejahteraan terdapat
lima dimensi yang saling mempengaruhi yaitu: fisik, emosional,
intelektual, sosial dan spiritual. Untuk mencapai kesejahteraan
tersebut, salah satu aspek yang harus dimiliki individu adalah kemampuan
beradaptasi terhadap stimulus. Teori adaptasi Sister Callista Roy dapat
digunakan.
Teori ini menggunakan pendekatan yang dinamis, di
mana peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
memfasilitasi kemampuan klien untuk melakukan adaptasi dalam menghadapi
perubahan kabutuhan dasarnya. Tindakan direncanakan dengan tujuan
mengubah stimulus dan difokuskan pada kemampuan individu dalam
beradaptasi terhadap stimulus. Sedangkan evaluasi yang dilakukan dengan
melihat kemampuan klien dalam beradaptasi dan mencegah timbulnya kembali
masalah yang pernah dialami. Kemampuan adaptasi ini meliputi seluruh
aspek baik bio, psiko maupun sosial (holistik). Sebagai pemberi asuhan
keperawatan, konsep holistik dan adaptasi ini merupakan konsep yang
harus di pahami oleh perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan
yang berkualitas kepada klien
Bicara tentang konsep holistic dari
dulu perawat telah lama mengenal. Dalam literatur keperawatan dikatakan
perawat memandang manusia sebagai makhluk yang utuh bio,psiko, sosio,
spiritual. Karena konsep yang dibahas cukup luas teman saya ada yang
memplesetkan sebagai “ipolesosbudhankamrata”nya perawat. Saking luasnya
jangkauan yang “harus dijangkau” oleh perawat bahkan ada yang bersikap
skeptis.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari
apa yang dijabarkan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa ketika seorang
menganggap dirinya sebagai seorang professional maka ia harus memliki
unsur bertauhid, amanah, berakhlaq, memiliki ilmu, ikeahlian dan
tanggung jawab. Sebagai sebagai calon perawat sudah seharusnya menganut
hal tersebut karena sebagai landasan seorang perawat yang profesional.
B.Saran
Allah
menciptakan manusia sebagai pemimpin di muka bumi ini, tapi apabila
manusia sudah menjadi pemimpin mereka lupa dengan masyarakat yang dia
pimpin. Sebagai calon pemimpin dalam bidang keperawatan atau kesehtan
jangan membeda-bedakan masyarakat antara sikaya dan si miskin apabila
dalam merawat pasien.
http://cepmaftuh.blogspot.com/